WEB BLOG
this site the web

Filosofi 5 jari

Hujan di bandung mengingatkan saya jauh terbang ke kampung Halaman. Kepada semangkuk wedang ronde anget, dan nasi karak (sisa nasi yang dikeringkan, lalu digoreng dan di santap dengan parutan kelapa yang “dibakar” dengan cara di tekan2 dengan pecahan genting yang sudah dibakar dulu). Atau kalau pas lagi musim, ditambah belalang Goreng yang ternyata tak kalah nikmat rasanya dengan udang bakar…

Sayup-sayup terdengar suara surat yasin dibacakan di mushola komplek. Dan hati ini serasa semakin terbetot oleh kerinduan lagi. Kali ini, dengan sholawatan malam jumatan di masjid kampung. Bersama teman-teman kecilku dulu. Biasanya acara itu dimulai dengan hafalan bacaan sholat, lalu hafalan jus amma, dan ditutup dengan sholawatan smapaii waktu Isya’ tiba. Di bimbing oleh Kyai Fachrudin, kyai sepuh yang masih aktif membimbing kami yang masih kecil ini dengan segenap ketwadu’an dan ke-wara-an beliau. Setelah sholat Isya, biasanya ada “bonus” cerita atau nasehat dengan bahasa kami tentunya yang masih kecil. Dan kalau pas ada rizki, beliau biasa membawa singkong rebus dari kebunnya untuk kami semua…Ya Allah….seperti baru kemarin semua itu terjadi….

Ingatanku semakin liar. Menembus ruang dan waktu. Dan satu nasehat Kyai Fachrudin yang masih terngiang di telingaku saat ini adalah, tentang filosofi 5 jari dalam ukhuwah Islamiyah. Usiaku sudah menganjak ABG waktu itu. Beliau sering memanggilku “Uul”. Nama kecilku di kampung. Beliau bilang, ada lima Golongan yang kalau saja mereka mau bersatu, ibarat lima jari ini, tidak ada yang tidak bisa terselesaikan.

1. Jari Jempol

Jari jempol ini adalah symbol Umara…simbol pemimpin…Dia yang utama. Jempol ini juga disebut iu jari yang menu njukkan dia-lah “induk” ke-empat jari lainnya..Kenapa ini identik dengan simbol pejabat?? Karena symbol jempol biasanya identik dengan persetujuan, kebagusan, dan sifat baik. Bukankah umara biasanya menjadi tokoh sentral untuk urusan setuju dan tidak setuju pada sebuah keputusan?? Pimpinan juga merupakan patron, dimana apa yang biasanya dianggap baik oleh pemimpin, juga diikuti oleh rakyatnya?? (Coba antum angkat jempol antum untuk menyatakan rasa setuju, bukankah keempat jari yang lain menunduk??) Maka pempimpin yang baik, selayaknya mendapat tanda jempol berdiri, sedangkan pemimpin yang buruk, tidak salah juga kalau kita beri symbol jempol terbalik….

2.Jari Telunjuk

Jari telunjuk adalah symbol Aghniyaa, symbol dari orang-orang kaya. Kenapa?? Karena budaya orang kaya biasanya budaya “menunjuk”. Kalau butuh apa-apa tinggal tunjuk. Kalau perintah sesuatu tinggal menunjuk. Karena dia punya Power..Bahkan dengan harta yang dia miliki, dia bisa “mengatur” keputusan seorang Umara untuk setuju atau tidak etuju akan suatu masalah. Sekarang coba antum tunjuk sesuatu, bukankah ketika antum menunjuk, ibu jari menekan ketiga jari laiinya untuk “tunduk”??...Subhanallah, kalau saja kita menjadi Anghniyaa yang saleh, betapa mudahnya kita mengatur sebuah pemerintahan bukan?? Bukannya malah menggunakan uang kita untuk mengatur para penegak hukum untuk mengatur sebuah kasus untuk sekedar menyelamtkan kesalahan kita sendiri….

3 Jari Tengah

Ini simbol Ulama.. Posisinya ditengah… jari tengah merupakan jari yang paling tinggi diantara kelima jari, akan tetapi setiap kali kita akan makan menggunakan tangan, atau mengambil suatu barang, secara anatomis jari tengah akan menarik diri menjadi sejajar dengan empat jari lainnya. Itulah perlambang kebijakan jari tengah, Ulama.

Tidak kekiri, tidak kekanan…Memang begitulah sebaiknya ulama. Dia tidak kemana-mana, tapi ada dimana-mana…Posisi Ulama itu ditenga-tengah umat. Itulah lapangan perjuangannya. Disitulah habitatnya..Maka jangan coba meninggalkan habitatnya itu, kalau tidak mau tuntunannya hanya akan jadi tontonan….

Keberadaan Ulama ditengah-tengah umat, laksana harimau ditengah hutan. Keduanya saling membutuhkan. Hutan perlu Harimau, untuk menjaganya dari tangan-tangan yang tidak bertaggung jawab. Dan Harimau perlu Hutan, karena distulah dia lebih berwibawa. Coba lihat di kebun Binatang. Disana ada harimau yang di” cabut” dari habitat aslinya di hutan. Dan coba antum lihat, betapa si macan kehilangan wibawanya. Tidak ada yang takut. Bahkan anak kecilpun berani mengelus-elus si raja rimba lalu kemudian tertawa lucu. Tidak ada wibawa sama sekali….

Demikian juga Ulama dan Umat. Ketika ulama ramai-ramai terjun kedunia Politik, umat bingung mencari figure “penjaga”. Seperti hutan tanpa macan. Maka ajaran terorisme dan Bahkan ajaran aliran sesat sekalipun dengan mudahnya tersebar di “hutan” yang tanpa macan ini. Dan ulamapuna begitu. Kita lihat bagaiamana ulama yang meninggalkan umat, bahkan nasehatnya pun jcuma dianggap “lawakan” yang sekedar buat ketawa, tanpa terbersitpun niat di hato uamta untuk melaksanakknya?? Lalu apa ulama dilarang berpoltik, berdagang, dan aktifitas lain?? Tentu bukan begitu.. Karena Ulam tidak boleh keman-mana, tapi dia ada diman-mana…dia adalah juga politikus yang menjaga umat, sekaligus Ekonom tangguh, tapi akarnya tetaplah umat…sebab disitulah “habitat” ulama…

4 Jari Manis

Ini symbol remaja. Diman segala sesuatunya tidak lepas dari unsur “manis”. Senyum manis, wajah manis, suara manis, dan segalanya manis. Sekali lagi coba kita lihat. Antum pernah coba mengangkat jari manis antum? Bisakah dia dengan sempurna berdiri tegak?? Ternyata sulit bukan?? Itulah ibarat masa remaja. Dimana pada masa itu, para remaja merasa dia sudah bisa mandiri, tidak mau diatur, maunya bebas, lepas tanpa aturan, padahal sesungguhnya dia masih memerlukan topngan dari orang tuanya, dari guru-gurunya dan orang lain…Tapi yah, begitulah masa remaja…dan mungkin itu juga yang dulu pernah kita rasakan bersama…. 5. Kelingking

Ini jari terkecil dalam susunan lima jari kita. Ini adalah symbol kaum perempuan. Mohon maaf bukan bermaksud menyinggung, karena ini hanyalah sekedar simbul. Kelingking ini kecil, mungil tapi “fungsional”. Justru karena kecilnya, dia bisa melakukan banyak hal yang tidak bisa dilakukan oleh ke-empat jari yang lain…Biarpun kecil, kelingking ini “menangan”. Coba antum ingat, kalau kita suit, atao tos-tosan, kalau kelingking ketemu Jempol, mana yang dianggap menang?? Kelingking bukan??

Itu juga symbol. Bahwa meskipun kecil, tapi kaum wanita bisa “merayu” para pemimpin yang kebetulan suaminya mungkin untuk menjadi lebih baik, atau juga sebaliknya. Sejarah banyak menceritakan, bahwa puluhan laki-laki perkasa, terjatuh di kaki kaum wanita…Bagimana Raja Romawi yang perkasa rela menyerahkan separuh kerajaannya kepada Cleoptra sang ratu mesir, atau bagaimana napoleon juga jatuh dikaki seorang wanita…atau yang terbaru, bagaimana kasus KPK dan Polisi juga bermula dari sepak terjang seorang cady Golf yang juga seorang wanita?? Maka sungguh dahsyat peran kaum wanita ini untuk menentukan masa depan peradaban bangsa…Sebagaimana sabda Rasulullah : “ Wanita tiang negara, kalau baik kaum wanita, maka mulyalah Negara…kalau rusak kaum wanita, maka hancurlah negara…”

Kalau semua unsur jari ini bisa bersatu, maka pekerjaan apa yang tidak bisa dilaksanakan?? Dari sekedar bersalaman, menulis, menggaruk, membelai, memijit, memukul, mengangkat sesuatu, menggenggam, melempar….semuanya jadi terasa sangat mudah bila kelima jari ini bersatu…tak ada yang tak mungkin….Begitu juga umat ini, kalau kelima unsure ditas bisa saling mengisi dan menjaga, maka tak ada permasalahan umat yang tidak bisa dibereskan…seberat apapun, dan serumit apapun…. Demikian kyai Fachrudin mengakhiri nasehatnya…..

Aku berkedip…Dan bening air mata itu kembali menetes mengiringi rintik hujan di Bandung….Selamat jalan Kyai….

0 komentar:

Posting Komentar

 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies