WEB BLOG
this site the web

Coretan KH Hasan A sahal

Berikut ini adalah nasehat KH Hasan Abd Sahal, salah satu pengasuh PM Gontor, beliau kyai yang agak "Nyentrik"...silahkan saja simak tawsiyahnya...: GENERASI TRANSISI

Hidup berada dalam pergantian dua masa yang potensial berubah cepat tidak ringan, kecuali bagi yang sudah berpengalaman banyak, berpengetahuan luas menyelami aneka ragam situasi dan kondisi; lebih-lebih jika sempat mengalami ujian dan gejolak tantangan-tantangannya.

Generasi zaman penjajahan, perjuangan kemerdekaan, sampai zaman reformasi perbedaan nyata-nyata sekali, sehingga tranformasi nilai, sikap dan pemikiran mengalami kesulitan.

Banyak pesan-pesan dan pola -yang dicoba orang tua untuk diwariskan- tidak mudah dipahami oleh generasi ini saking panjangnya waktu, jauhnya jarak dan spesifikasi milliu. Apalagi bila hanya disampaikan dengan baca tulis, bicara pelajaran sejarah oleh yang tidak menjadi contoh (perilaku) baik untuk diteladani, atau menerangkan yang jelek untuk ditinggalkan.

Tatacara ADAB SOPAN SANTUN contohnya. Dengan kesibukan generasi transisi pada kegiatan-kegiatan yang cepat dan penuh, anak-anak zaman ini tidak mudah menerimanya apalagi mengamalkannya. Tambah lagi unsur-unsur dari luar deras sekali masuk ke halaman dan rumah tangga generasi ini tanpa minta izin.

Arus informasi terasa lebih cepat daripada kesempatn ORTU untuk mentransfer nilai-nilai luhur benteng pengaruh negatif. Contoh kecil: Dulu nenek-nenek senang kasih dongeng cucu-cucu sebelum tidur, sekarang...di mana mereka-mereka itu sebelum tidur>

Jangankan mendongeng, justru cucu-cucu sekarang "ngedongengin" nenek-nenek. Salahkah ini? Tunggu dulu! (Belum tentu salah). Nenek-nenek kehabisan dongeng, cucu-cucu "ngumpulin" cerita. Tentu saja cerita jagoan-jagoan BAJA HITAM, NINJA, RAJA...khayali. Cucu bercerite nenek cepat tidur, bangun malam sholat tahajjudnya tidak bolong.

Banyak anak-anak yang tidak bisa membedakan antara sejarah dan nasehat. Antara cerita polos kosongan, sejarah jasa masa lalu dan riwayat bermakna dsb. ("boro-boro nolak sbelun nerime, bukanye nerima sbelun nolak, kaek kite ame rangtuwe kite dulu"), mereka lebih mengutamakan temuan dari luar meskipun tak meyakinkan daripada nasehat yang mungkin bagi mereka dianggap sama-sama tak meyakinkan pula.

Pertanyaan teka teki ini seperti kuis akhir-akhir ini, menjamur di mana-mana. Sedang orang tua kurang bahan kongkrit dipercaya untuk membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah.

Tambah lagi kaum intelek, celebriti, public figure sampai mas media kompak bersatu bergandengantangan dengan tokoh-tokoh menyanyikan lagu baru: karya besar komponis dunia sepanjang zaman Prof.Dr. i b l i s, Msc.. berjudul "amar munkar nahyi ma'ruf ", (jangan sewot!!...kecuali yang tidak, illa maa rohima robbii,...!)

KESINAMBUNGAN NILAI berproses secara drastis atau bertahap? Dari tradisionil ke modern, feodalis menuju liberal demokratis, kultural menjadi struktural, dengan segala implimentasinya, kemudian efeknya ke masyarakat awam atas perubahan dan saling pengaruh mempengaruhinya. Itu semua adalah fenomena sunnatullah biasa dalam kehidupan.

Dibutuhkan kecerdasan berfikir, ketepatan menganalisa, ketegaran menghadapi masalah dengan keluasan pandangan dan lain-lain bekal yang dibutuhkan.

TUNTUNAN ISLAM.

Keberhasilan semua gerakan harus dimulai, dibarengi dan dikontrol dengan KETELADANAN. Pengorbanan masa penjajahan, perjuangan kemerdekaan cukup besar, mengapa tidak menurun/terwariskan ke generasi berikutnya?

Penjajah tak rela negara jajahannya berhasil membangun negara. Maka disebarkannya penyakit-penyakit mental "untungisme" ke tengah-tengah euforia kemerdekaan. Jiwa pengorbanan melemah drastis. Mengapa?

Pengorbanan sulit terwujud bila tak ada keterpanggilan keyakinan komitmen amanah "kesatuan kata dan perbuatan". Kalau direnungkan keteladanan para pendahulu itu sendiri sudah satu pengorbanan.

Maka, sebagai pelopor mereka langsung terdepan dalam berkorban mengaktualisasi kebenaran akan ucapan dan ajarannya dengan bukti kesungguhannya. Apalagi pembuktian di saat menghadapi kesulitan atau hambatan.

Generasi ini sudah kenyang, muak dengan aksi-aksi badut penipuan meskipun berhasil di bilik-bilik diskusi, kajian, dialog, makalah dan semacamnya, MUNTABER (munafiq tapi berhasil). Korban untungisme bertambah lagi. Kasihan, mau murtad saja ribut, sibuk, ngajak-ngajak lagi! Taubat apa susahnya, dan berapa harganya sih?

Generasi Dikhotomis Thinking tidak pada tempatnya. Meletakan dikhotomi di sembarang tempat, menjadi rancu. Why not wajar-wajar saja, ke sunnatullah? Terjadinya tarik menarik antara hukum alam "sunnatullah" lawan hawa nafsu, ramai ditonton awam kosong yang belum berbekal apa-apa. Kasihan Anak Manusia! Sampai kapankah?

PENGORBANAN adalah buah moral kebesaran jiwa seseorang. Toleransi adalah pupuk kesuburan bermasyarakat yang bersumber dari pribadi-pribadi agung yang mengerti kepentingan panjang buat kemaslahatan bersama.

Tidak banyak sosok pribadi semacam itu saat-saat ini, atau mungkin banyak tapi tak dirasakan dan tak tampak. Atau tampak, dirasakan> hasilnya, tapi tak disiarkan. Toh, mereka pribadi-pribadi yang tak butuh dilihat, dirasakan, apalagi disiarkan.

Sepanjang tidak mengganggu kegiatan pembinaan ummat, tidak menyinggung prinsip-prinsip syari'ah, tidak melemahkan tegaknya lantas hilangnya moral manusia sempurna, waras...maka medan toleransi mutlak masih luas.

Indah pergaulan manusia dunia ini bila semua aktif secara konsekwen menjalankannya, di depan dan di belakang mata. Sakit dan menyakitkan bila masing-masing memaksakan (merampok) pengorbanan orang dengan alasan apapun.

Mengandalkan toleransi orang adalah watak manusia-manusia murahan. Ummat Islam dituntun dan dituntut tetap kuat toleransinya saat berkecukupan maupun berkekurangan atau pas-pasan.

"dikala kaya, tahan dirilah!
dikala faqir, tahu dirilah!!

Maka siapakah yang paling tertuduh bila tuntunan tidak menjadi kenyataan. Berkorban menjadi bid'ah, khurofaat legenda masa lalu, kebodohan dan ketololan.

Mengorbankan prinsip, moral, kebebasan liberal, plural hewani "semau gue" berkreasi, berekspresi, menjadi sunnah, anutan, Referensinya "kitab" Fath-l Jaiby karangan Hadrotus Syeikh al-IMAM 'IFRIIT al- IBLIISY, wa 'aalihi wa shohbihii, wa usuulihii, wafuruu'ihii 'ajma'iin.

Contoh kecil :

Apa hubungan Tanggal 1 Januari dengan nilai-nilai kehidupan manusia? Dengan karakter, peradaban atau moral manusia? Jarang direnungkan! Tapi selalu bercokol dalam catatan hati termasuk ummat ISLAM. Mungkinkah tanggal sakit "sariawan" atau tanggal ....nya celebriti idola; atau ada "pedhet bin sapi" lahir di luar nikah?

Demikian parahnya, dan payahnya mencari jawaban. Terputusnya akhlaq/moral akibat dari berbeloknya nilai, yang selama tigapuluh tahun lebih, sengaja didesain, diprogram dan dikerahkan pasukan pakar penghancurnya untuk melahirkan krisis kepercayaan berkepanjangan.

Habis sudah rasanya teori untuk memahamkan dan menghidupkan kembali moralitas yang paling pantas dianut generasi ini. Terlalu sempit dan pendek pola pandang korban-korban moral bejat "untungisme" zaman itu.

SALING MENDUKUNG

Untuk keluarga internal kaum muslimin lebih tepat ber "ta'aawun" dukung mendukung singkirkan iri dengki, warisan kumal. Bukan pamer jatuh menjatuhkan dengan jurus-jurus "kuno", primitifnya. Kibulisasi (penipuan) Ummat sudah tak mempan, harus dihentikan, diganti dengan keteladanan murni sebagai senjata

Gontor, Augst 05, '06

0 komentar:

Posting Komentar

 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies