WEB BLOG
this site the web

Seandainya Palestina Itu Surabaya

Suatu kali, dari mimpi seorang kyai yang cukup di segani di Jawa Timur menyatakan bahwa, salah satu petilasan sunan ampel yang begitu keramat, beserta bebrapa peninggalan beliau seperti tongkat dan surbannya ternyata ada di kubur pada sebidang tanah yang ternyata sudah dibangun sebuah gereja peninggalan Belanda yang cukup besar. Dulu bahkan sri paus pernah melakukan misa di Gereja itu. Begitu berharganya gereja itu bagi umat kristiani, sehingga seluruh umat Kristen di dunia merasa harus ikut erta menjaganya

Tapi mimpi sang Kyai mengenai petilasan sunan Ampel itu juga tidak kalah menggoda. Bagi sebagian orang, petilasan Sunan dan wali itu bisa jadi sumber barokah yang luar biasa. Maka di susunlah strategi untuk meguasai Gereja itu. Dari mulai cara yang halus dan persuasive, dengan janji akan dibangunkan gereja baru yang lebih mewah dan besar, lalu meningkat menjadi kamuflase, dimana kelompok Muslim itu membangun sebuah Gereja yang mirip dengan gereja yang lama, agar pandangan orang tertipu dan menganggap bahwaq gereja baru itulah gereja keramat yangs sesungguhnya. Tapi ke semua usaha itu tidak berhasil. Pihak gereja dan umat Nasrani menolak keras upaya pemindahan paksa gereja mereka.

Eskalasi social mulai memanas. Beberapa anggota Ormas Islam bahkan mulai melakukan penghadangan terhadap Jemaat Gereja tersebut pada hari minggu. Pihak Gereja protes keras, sehingga melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwajib yang kemudian langsung memanggil Kyai kharismatik yang menyebarjkan mimpi tersebut untuk dimintai keterangan. Tersebar isu, bahwa kyai tersebut di tangkap dan dipernjara. Maka protespun meledak, para santri dan pemuda muslim menuju ke kantor polisi untu membebaskan kyai-nya. Terjadi salin dorong anatar polisi dan pengunjuk rasa yang berakhir bentrok. Lalu tiba-tiba terdengar tembakan keras. Dan seorang santripun tewas. Ternyata penembaknya adalah seorang anggota polisi yang kebetulan beragama nasrani.

Maka kekacauan-pun meledak di Surabaya. Umat Islam Surabaya tidak terima atas penangkapan dan pembubuhan seorang santri oleh aparat. Lasykar-Lasykar perjuangan segera di bentuk. Tujuannya satu, Menyingirkan umat Nasrani dari Bumi Surabaya. Maka mualailah kekacauan itu terjadi. Umat Nasrani di usir dimana-mana, Gereja-gereja di bakar, took-toko milik china Kristen juga di bakar. Tapi umat Nasrani juga tidak tinggal diam. Mereka siap mati membela keutuhan Gereja mereka. Bersatu mereka menjaga keutuhan Gereja mereka. Mereka pun minta bantuan ke daerah lain. Dan bantuanpun mulai berdatangan. Kekacauan semakin sengit. Tentara Indonesia bahkan tak bisa berbuat banyak untuk meredakan situasi. Beberapa diantaranya malah ada yang dirampas senjatanya oleh kelompok muslim, dan digunakan untuk mengancam kelompok Kristen. Maka terjadilah “pertempuran” yang tidak seimbang. Antara umat Islam dengan senjata Rampasannya, yang dilawan dengan gigih dengan lemaparan batu oleh pemuda-pemuda Kristen yang membela kesucian gereja mereka.

Dan beritapun segera menyebar. Eropa Bergetar. Vatikan kehilangan nalar. Kecaman dari seluruh dunia dating bertubi-tubi. Demo besar-besaran terjadi dimana-mana. Bendera Indonesia di bakar di Eropa. Amerika segera lantang menuduh Indonesia sebagai Negara yang tidak bisa melindungi hak minoritas. Uni Eropa menyerukan untuk memboikot semua produk Indonesia dan penerbangan Indoensia haram di Eropa. Di Roma dan Madrid, dua kutub katolik Eropa malah dengan tegas menyatakan Cruisade, alias perang suci terhadap umat Islam di seluruh dunia. Dewan keamana PBB rapat kilat. Tanpa ada veto dari Negara manapaun, kecaman terhdap Indonesia langsung diberikan. Termasuk sangsi Ekonomi dan tindakan Militer bagi pelanggran hak asasi manusia yang terjadi di Surabaya. Sementara NATO sudah mulai melakukan simulasi perang untuk siap sedia diterjunkan di Surabaya.

Seakan tak mau kalah, para kuli flashdisc-pun tak kalah heboh memberitakannya. CNN, BBC, ABC, dan segenap broadcaster international lain meliput setiap detail kekacauan di Surabaya. The Washington Post Bahkan sudah menurunkan headline besar dengan Judul..”The Arrow of Jesus Vs The sword Of Muhammad”. CNN secara jelas mewawancarai dan menyiarkan derita seorang biarawati yang tertembak kakinya hingga membusuk karena tertahan di dalam geraja yang terkepung oleh umat Islam itu. BBC mengangkat berita khusus mengenai seorang pendeta yang harus berangakt ke gereja dengan memakai sarung dan kopyah hanya untuk mengelabui para lasykar muslim yang menyerang gerejanya. Seluruh dunia dibuat menyaksikan, bagaimana kejamnya umat Islam terhadap gereja mereka. Betapa kengerian tengah mengepung saudara-sudara mereka di sana.

Dan dunia-pun marah. Indoensia di embargo. Dikepung dan siap diserang untuk dihukum. Kyai Kharismatik tadi di tuduh sebagai penjahat perang. PBB sepakat bulat-bulat untuk mengutuk dan menghukum Indonesia dari segala segi. Sampai Gereja keramat itu berdiri kembali. Indonesia di kucilkan, Surabaya d Musuhi, Umat Islam jadi terdakwa…Perang di depan mata….tak sampai sebulan, umat Nasrani di Surabaya pun kembali bisa menikmati ke bebasannya…..

Aku terbangun…..

Ah, aku sedang bermimpi rupanya. Sayup-sayup kudengar berita di televisi tentang Seruan Ulama untuk diadakan KTT umat Islam se dunia untuk menyelamatkan Al-Aqsa. Lalu disusul berita Organisasi Kenferensi Islam (OKI) yang berniat membawa masalah ini ke dewan keamanan PBB untuk disidangkan…Ah, aku langsungmatikan TV-ku…tak perlu kudengar berita selanjutnya, karena pasti bisa kutebak hasilnya…OKI hanya akan sebatas mengutuk, dan keputusan apapun yang merugikan Israel di DK PBB pasti di veto sama Amerika….Selebihnya, kita hanya bisa mencerca Israel lewat Blog, Mengutuk mereka di Facebook, kembali menyerukan boikot produk Yahudi dengan berdemo, dan selebihnya…Berdoa…

Aku tersenyum kecut….Seandainya Palestina Itu Surabaya…..

0 komentar:

Posting Komentar

 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies